Data Perjalanan :
Date
|
Route
|
Maskapi
|
Flight
|
Skedul
|
Pesan
|
Harga
|
Seat
|
17 Mei 14 | Jakarta - Yogyakarta | Air Asia |
QZ 7550
|
10.30 – 11.35 | 7 Jul. 13 | IDR 238.109 | 19 C |
19 Mei 14 | Yogyakarta - Jakarta | Air Asia |
QZ 7557
|
16.05 – 17.15 | 4 Apr. 14 | IDR 214.500 | 21 E |
AA QZ 7550 Siap ke Yogya |
Tiket
ke Yogya sudah diperoleh jauh hari sebelum tiket balik ke Jakarta. Seharusnya
saya balik ke Jakarta dengan Mandala Minggu 18 Mei 2014. Apa daya, Mandala
membatalkan penerbangan tersebut sehingga saya menjadi kelabakan untuk mencari
tiket pengganti. Ternyata saya gagal mendapatkan tiket balik hari Minggu,
terpaksa balik Senin dengan Airasia. Sedikit terhibur karena mendatkan harga
tiket promo, meski terpaksa cuti sehari yaitu di hari Senin. Inilah suasana
yang melatarbelakangi anjangsana ke Yogya kali ini.
Kunjungan
kali ini tidak diawali dengan agenda khusus. Asal pergi begitu saja;
memanfaatkan perolehan tiket promo tentunya. Agenda muncul di tengah jalan.
Beberapa kali saya mengalami kejadian seperti ini. Jika saya refleksikan,
sepertinya ada kekuatan yang membawa langkah saya pada suatu tempat atau
kejadian. Kekuatan yang tidak saya ketahui dari mana asalnya, namun saya yakini
ini dari yang maha pengatur.
AA QZ 7550 Tiba di Yogya |
Kanisius
Yogya
Minggu
18 Mei 2014 langkah kaki terayun ke penerbit Kanisius di Jalan Cempaka Deresan.
Kesempatan bagi saya untuk mencari assesoris doa. Saya memang sudah terpikir
untuk membeli rosario mini seperti yang pernah saya beli di Toko Obor Jakarta. Meski
benda yang sama persis dengan yang saya cari tidak ada, saya mendapatkan bentuk
lain, salah satunya rosario berbahan kayu cendana. Dua rosario seharga Rp.
10.000,- dan Rp. 10.800,- pun terbeli pada kunjungan kali ini.
Sebelum
pulang, ada satu buku yang menggoda perhatian saya: Cinta Sang Guru. Timbang sana timbang sini, akhirnya
buku inipun masuk dalam tas belanja saya. Sebuah buku berisi pengalaman reflektif
para guru yang dikompilasi oleh Mintara Sufiyanta. Kanisius rupanya masih menaruh
perhatian yang sangat besar pada dunia pendidikan. Penerbitan buku ini dan
buku-buku lain sejenis mempertegas kesan saya bahwa sampai kini perhatian
itu masih konsisten terjaga.
Sebagian
besar guru yang berkontribusi dalam buku itu adalah wanita. Apakah ini berarti
guru wanita lebih tergerak untuk menulis? Sebagian besar penulis juga merupakan
guru katolik yang berkarya di sekolah Katolik.
Cerita
pengalaman yang dituliskan oleh para guru memang menggelitik dan mengharukan. Salah
satunya adalah guru yang mengajar (memberikan tambahan waktu belajar) pada siswa
sambil angon (menggembalakan ternak). Siswa belajar sambil sesekali
mengawasi hewan yang digembalakan. Sulit dipercaya bahwa ini kisah nyata. Sebuah
langkah kompromi karena orangtua keberatan kalau anaknya belajar berlama-lama.
Menggembalakan ternak lebih berharga buat mereka, dan itu situasi riil yang tak
terbantahkan. Luar biasa kegigihan sang guru. Alih-alih berkonfrontasi dengan pola
pikir para orang tua murid yang diyakini akan menghasilkan kesia-siaan, ia
bersiasat dengan cara lain.
Ia
meminta agar siswa menentukan satu tempat penggembalaan yang disepakati bersama.
Di tempat itulah sang guru datang mengajar. Apakah mereka ini anak-anak yang
pintar? Tidak; namun mereka bisa dididik dan memerlukan pendidikan. Salut dari
saya untuk guru wanita ini yang tak pantang menyerah memberikan yang terbaik
untuk anak didiknya. Jika anda tertarik, silakan baca sendiri di bukunya.
Bedah
Buku : “Orang Sulit: Fakta
dan Persepsi”
Kunjungan
kali ini memang menjadi bersuasana serius, apalagi di hari terakhir Senin 19 Mei 2014 sebelum kembali ke
Jakarta. Saya menghadiri acara bedah buku yang diselenggarakan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah
(BPAD). Acara dihelat di Gedung
BPAD Lantai 2 Jln. Tentara Rakyat Mataram 29 Yogyakarta. Meski berkali-kali
lewat jalan raya di depan gedung ini, baru kali ini masuk ke tempat ini. Jadi
tahu bahwa ada ruang pertemuan yang berukuran cukup besar di instansi
pemerintah daerah ini.
Bedah Buku: "Orang Sulit: Fakta & Persepsi" |
Sessi
pertama dimulai meleset jauh dari jadwal seharusnya. Buku yang dibedah adalah
tulisan Tjipto Suzana yang berjudul “Orang Sulit:
Fakta dan Persepsi”. Beberapa hal mengemuka dalam ajang ini. Sebutan orang
sulit itu bisa berlaku untuk semua orang. Perbedaan kepribadian yang terbawa
dalam interaksi dengan orang lain dapat menyebabkan kita menjadi orang yang
sulit bagi orang lain. Ada juga faktor gangguan kepribadian. Mekanismenya
menelusup antara lain lewat “games”. Ini istilah khusus yang diambil dari
terori kepribadian tentang Analisa Transaksional. Intinya, dalam berinteraksi (bertransaksi)
dengan orang lain itu terbuka sekali kesempatan bagi kita (disadari maupun
tidak) untuk menggunakan pola permainan yang akhirnya menyeret orang lain yang
berinteraksi dengan kita. Akan lebih baik bila kita juga membaca basis teoritis
yang dirujuk pada buku ini untuk lebih mudah memahami isi buku ini.
Buku
yang dibedah belum diperjualbelikan di pasar. Sepertinya baru dicetak terbatas
untuk keperluan tertentu seperti untuk acara bedah buku ini. Saya juga belum
pernah membaca buku ini. Melihat sepintas dari paparan penulis buku, saya jadi
teringat pada sebuah buku yang dapat menjadi bacaan pelengkap untuk buku ini. Buku
lawas bersampul wara biru berjudul Komunikasi Keluarga, terbitan BPK Jakarta. Buku
ini sudah tidak dicetak lagi sehingga besar kemungkinan sudah tidak bisa
ditemukan di toko buku. Saya tidak tahu apakah penulis juga pernah membaca buku
ini sebelumnya.
Kembali ke
Jakarta
Meski bukan
hari Minggu, pesawat Air Asia QZ 7557 ini penuh dengan penumpang. Pesawat ini
sebelumnya melayani penerbangan dari Singapura ke Yogyakarta sebelum berlanjut
ke Jakarta.
AA QZ 7557 Siap Tinggalkan Yogya |
AA QZ 7557 Tiba Kembali di Jakarta |