Rabu, 06 Maret 2013

Jakarta – Kuala Lumpur 23 – 24 Februari 2013




Aha...inilah salah satu hasil perburuan tiket promo Air Asia (“AA”) yang berlangsung pada  15 Mei 2012. Saya berhasil mendapatkan tiket AA Jakarta – Kuala Lumpur (“KL”) pp 23-24 Februari 2013 seharga Rp. 316.200 (sudah termasuk Sky Bus LCCT – KL Sentral pp Rp. 42.000). Alhasil, ini menjadi kunjungan singkat yang membekas kuat dalam benak karena sejumlah  pengalaman pertama terjadi dalam kunjungan ini.

Pertama, ini adalah perjalanan saya ke luar negeri yang pertama kali di tahun 2013. Sejak awal kunjungan ini sudah saya niati sebagai kunjungan pendahuluan atau semacam orientasi untuk kunjungan berikutnya ke tempat yang sama pada 9-11 Maret 2013.

Kedua, ini adalah perjalanan backpacker saya sendirian ke KL. Saya memang beberapa kali pernah berkunjung ke KL, namun selalu bersama orang lain (rombongan), di antaranya kunjungan yang difasilitasi jasa tour. Praktis dalam kunjungan sebelumnya saya tak perlu banyak berpikir keras selama perjalanan, tinggal duduk manis mengikuti rundown agenda yang sudah disusun. Agustus 2012 pernah juga ke KL, namun hanya singgah sebentar di LCCT untuk keperluan transit, jadi tidak masuk kota KL.

Ketiga, ini merupakan pengalaman pertama menginap di penginapan kelas backpacker. Saya sudah sering baca cerita dan melihat ilustrasi foto mengenai penginapan jenis ini, namun merasakan sendiri belum pernah. Takut buang-buang waktu cari penginapan mendadak di tempat (go show), saya pesan tempat sekitar tiga minggu sebelumnya, yaitu 29 Januari 2012. Ini juga menjadi pengalaman pertama pesan penginapan di luar negeri secara on line dan membayar uang muka dengan kartu kredit. Pilihan saya jatuh pada PODs Bckpackers Home 6-1 No. 30 Jln Thambipillay Brickfield KL. Dengan menggunakan jasa www.hostel.com saya bayar uang muka 10% dari total biaya sebesar Rp. 95.000,- untuk kelas dormitory dengan 14 tempat tidur bersama dan kamar mandi di luar tentunya.

Saya berangkat dengan menggunakan penerbangan AK 1381 pukul 08.30 dan menempati seat 18B. Kode AK menunjukkan bahwa penerbangan dioperasikan oleh AA Malaysia, jadi bahasa pengantarnya pun bahasa Melayu. Penerbangan relatif tepat waktu dan lancar dengan lama penerbangan dua jam. Inilah pertama kali landing di LCCT siang hari. Sebagai pemula, saya gunakan kesempatan untuk mengamati secermat mungkin situasi seputar bandara agar terekam dengan baik di memori.






Antrian berlapis-lapis mengular di counter imigrasi. Butuh waktu hampir 45 menit untuk melewatinya. Berarti suatu saat kalau harus transit dan ganti pesawat di LCCT diusahakan untuk tidak terlalu dekat waktunya, karena itu belum ditambah waktu untuk ambil bagasi. Begitu keluar dari LCCT langsung belok kiri kemudian belok kanan menyusuri lurus arah terminal bis yang masih berada dalam kompleks bandara untuk naik SKY bus. Bayangkan saja seperti kita mencari terminal Damri begitu keluar dari terminal 2 Bandara Soetta, hampir sama suasana dan tata caranya.






Sepanjang jalan dari LCCT ke KL Sentral selama 70 menit itu mata memelototi pemandangan. Seperti biasa, ini karena pertama. Keluar dari KL Sentral, target pertama adalah mencari penginapan untuk check in dan menaruh barang. Bekal saya sebenarnya sudah cukup: peta berikut alamat hotel. Rupanya saya ini benar-benar tipe yang mengandalkan ingatan visual nyata. Peta nyaris tak begitu membantu untuk pencarian di lokasi yang sedemikian semrawutnya. Lebih mengherankan, meski di peta jelas ada tanda nama penginapan yang saya cari, tak ada seorangpun dari lima orang yang saya tanya tahu atau mengenal nama penginapan dimaksud, termasuk polisi di pos jaga little India. Luar biasanya, saat saya bertanya pada seseorang di depan Hotel Sentral (sepertinya dia pekerja di hotel tersebut), dia tidak tahu, padahal penginapan yang saya cari berada dalam blok yang sama.


Setelah berputar-putar hampir sejam lamanya di sekitar lokasi, barulah PODs Bckpackers Home tersua. Hanya beberapa puluh meter dari Stasiun Monorail KL Sentral.
Resepsionis penginapan bukan berada di lantai dasar, namun di atasnya. Setelah melunasi pembayaran ditambah deposit kunci RM 10, saya diberi satu tas berisi bantal dan selimut serta kunci ruangan. Handuk akan diberikan malam hari katanya karena masih di tempat laundry.



Bersama petugas saya dihantar ke lantai 3A tempat di mana ranjang dormitory berada. Beruntung penghuni sedang tidak penuh sehingga saya bisa memilih tempat tidur di bawah. Penginapan menyediakan locker di tempat umum, namun tidak menyediakan kuncinya. Pembelajaran untuk saya bahwa pengunjung backpacker harus selalu bawa gembok sendiri. 



Sebelum memutuskan untuk memulai pengembaraan, saya sempatkan mandi dulu di penginapan ini. Lumayan, ada air hangat. Di tempat ini diatur mandi tidak boleh dilakukan pukul 23.00 sampai dini hari. Alasannya mengganggu ketenangan penghuni yang tengah beristirahat.

Setelah menaruh barang-barang yang tidak begitu penting mulailah saya keluar penginapan, berjalan menyusuri Jalan Tun Sambathan. Tujuannya mau melihat Gereja St. Holly Marry yang ternyata jauh juga. Jadwal ibadah ternyata akan dimulai satu jam lagi; waktu yang tanggung untuk saya. Mumpung cuaca tengah benderang, saya ayunkan langkah ke KL Sentral. Seperti biasa saat pertama kali berkunjung ke satu tempat, mata tak henti-hentinya menelisik setiap obyek yang ada untuk merekam simbol-simbol penting yang kelak akan bermanfaat untuk keperluan jalan-jalan berikutnya.

Puas mengitari KL Sentral, pengembaraan berlanjut ke Menara Petronas. 






Cukuplah melihat-lihat sepintas. Perjalanan berlanjut dengan menggunakan Kelana Jaya Line (Jalaur Hijau) dari KLCC menuju Stasiun Dan Wangi. Maksud hati hendak mengobservasi Bukit Bintang. Sewaktu turun di Stasiun Dan Wangi untuk berpindah ke Stasiun Bukit Nanas (monorail Jalur Biru), ternyata Menara Petronas yang baru saja ditinggalkan masih juga menampakkan diri. Maka, disempatkanlah untuk memotretnya dalam suasana yang lebih remang-remang karena nuansa malam mulai mengendus serta cuaca yang diselimuti mendung dan hujan rintik-rintik.

Bukit Bintang berhasil dicapai melalui monorail. Lagi-lagi diawali dengan bengong lihat situasi kiri kanan. Kaki terus mengayun sampai akhirnya tiba di Jalan Alor. Luar biasa, petang hari jalan ini dipenuhi dengan berbagai makanan, kebanyakan seafood. Ini bener-bener surganya kuliner. Jagonya kolesterol dan asam urat ada di sini sepertinya. Ada juga dijual duren di beberapa tempat. Untuk sementara belum berani mencoba makan di sini. Sekedar melepas dahaga karena jalan kaki terus menerus, saya menyempatkan diri duduk sejenak seraya menyeruput es tebu seharga RM 3 segelas, masih di kawasan Jalan Alor tempatnya dan hanya ada satu penjual seingat saya.



Puas muter-muter Bukit Bintang, agenda berikutnya balik ke penginepan. Mumpung masih agak terang, saya sempatkan diri untuk menikmati perjalanan monorail dari ujung ke ujung (Titi Wangsa - KL Sentral). 
Tuntas sudah hari pertama yang yang bisa dijalani. Sampai penginapan kembali sudah gelap. Acaranya tinggal mandi, bersih-bersih, dan santap malam. Banyak makanan kaki lima di jalan depan penginapan. Pilihan jatuh pada nasi goreng kampung.

Minggu pagi (24 Februari 2013) meluncur ke KL Sentral. Tujuannya adalah Batu Cave dengan kereta paling pagi, kalau tak salah pukul 06.50.





Seperti inilah suasana di kawasan Batu Caves.







Sepulang dari Batu Caves, saya menyempatkan diri ke Central Market, sekedar untuk melihat-lihat saja. Tak sengaja saya melihat ada bis gratis dari Pasar Seni ke Bukit Bintang. Tentu saja kesempatan ini tak saya sia-siakan untuk mencoba bis itu. Dari Bukit Bintang saya kembali lagi ke penginapan untuk check out. Keluar dari penginapan saya sempatkan untuk makan siang nasi goreng biasa di depan penginapan sebelum ke KL Sentral untuk kembali naik SKY bus menuju LCCT.

Sore itu LCCT diguyur hujan deras. Kombinasi dengan keterlambatan kedatangan pesawat AA dari blokk sebelumnya, akhirnya penerbangan pulang ke Jakarta pun mundur hampir satu jam.


Diguyur Hujan Deras di LCCT

Tiba Kembali di Jakarta
Sampai di Jakarta, lagi-lagi menjumpai pengalaman pertama. Kali ini adalah keluar dari terminal 3 melalui kedatangan internasional. Kalau kedatangan di terminal domestik di terminal ini sudah tak terhitung bagi saya.

Yah, alangkah melelahkannya perjalanan singkat kali ini. Saya yakin, berbekal pengalaman pertama ini saya akan lebih mudah dan lebih cepat menuju lokasi yang diinginkan kelak bila akan berkunjung ke KL lagi.


Kira-kira seperti inilah gambaran pengeluaran saya untuk kunjungan kali ini:
Sabtu 23 Februari 2013:
  • Damri ke Airport Rp. 25.000
  • Airport Tax Jakarta Rp. 150.000
  • Pelunasan Hostels RM 25,20
  • Deposit Kunci Hostel RM 10
  • KL Sentral – KLCC RM 1,60
  • KLCC - Dan Wangi RM 1,30
  • Dan Wangi - Bukit Bintang RM 1,20
  • Bukit Bintang - Titi Wangsa RM 2.10
  • Titi Wangsa - KL Sentral RM 2.50
  • Es Tebu RM 2,5
  • Nasi Goreng Kampung RM 4


Minggu 24 Februari 2013:
  • KL Sentral - Batu Caves RM 1
  • Batu Caves - KL Sentral RM 2
  • KL Sentral - Pasar Seni RM 1
  • Bukit Bintang – KL Sentral RM 2.1 
  • Air Dasani RM 1.6
  • Nasi Goreng Biasa RM 4
  • Damri dari Airport Rp. 25.000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar