Minggu, 02 Juni 2013

Kunjungan Singkat Yogya Mei-Juni 2013


Ini dokumentasi perjalanan singkat saya ke Yogyakarta “(Yogya”) dua kali berturut-turut hanya dalam sepekan. Diawali dengan perjalanan Jakarta-Cirebon 23 Mei 2013 dengan Cirebon Ekspress dengan harga tiket Rp. 150.000,-. Kereta berangkat pukul 09.50 menempati seat 3D. Sampai Cirebon langsung ke tempat penginapan, yaitu Hotel Santika yang letaknya tak seberapa jauh dengan Stasiun Cirebon. Awalnya saya akan menginap dua hari di sini dan balik ke Jakarta 25 Mei 2013. Rupanya Jumat siang (24 Mei 2013) urusan sudah kelar.  Muncullah ide kilat untuk melanjutkan perjalanan ke Yogya sebelum balik Jakarta, memanfaatkan waktu tersisa.

Suasana di Kereta GBM

Pergulatan ide menuju realisasi dimulai dengan mencari informasi kereta ke Yogya. Paska 13.00 sudah tak ada lagi kereta eksekutif ke  arah Yogya. Sekitar jam tujuh malam baru akan ada kereta ekonomi AC kalau tak salah. Alhasil, coba peruntungan untuk cari informasi langsung ke Stasiun Cirebon dengan ambil risiko balik Jakarta kalau tak juga dapat tiket ke Yogya. Rupanya ada pilihan yaitu kereta ekonomi AC yang berangkat pukul 15.05, namun tidak berhenti alias berangkat dari Stasiun Cirebon.




Nikmatnya Bersantap di Kereta GBM

Pilihan pun saya ambil, yaitu naik kereta Gaya Baru Malam (“GBM”), berangkat dari Stasiun Prujakan 24 Mei 2013 pemberangkatan 15.05. Ini adalah kereta tujuan Surabaya dan di Yogya berhenti di Stasiun Lempuyangan. Dari Stasiun Cirebon, setelah mengurus pengembalian tiket balik Jakarta yang sudah telanjur terbeli, saya melesat ke Stasiun Prujakan naik ojek dengan ongkos Rp. 10.000,-.




Sambil menanti kereta datang, saya buka notebook untuk membeli tiket Yogya-Jakarta. Sebelum check out dari Hotel Santika, saya sebenarnya sudah cari-cari alternatif dan menemukan harga terbaik, yaitu Mandala namun belum saya eksekusi. Setelah dapat kepastian ke Yogya, tibalah saat untuk mengeksekusinya. Saya beli tiket Mandala RI 345 untuk pemberangkatan Sabtu (25 Mei 2013) pukul 18.00 dengan harga Rp. 334.900,-.

Setelah menanti sekitar satu jam, saya pun terangkut dengan kereta ekonomi AC ini pada seat 16A. Inilah pengalaman pertama saya naik kereta dari Stasiun Prujakan dan pengalaman kedua saya naik kereta GBM. Pengalaman pertamanya sekitar empat tahun lalu naik dari Stasiun Jakarta Kota dan saat itu merupakan kereta ekonomi tanpa AC. Kereta pun sampai Yogya meleset setengah jam dari jadwal.

Mandala RI 345 siap meninggalkan Yogya
Sabtu (25 Mei 2013) saya sudah siap di Bandara Adisucipto pukul 16.45. Ini akan menjadi pengalaman pertama saya naik Mandala versi baru setelah mengalami penutupan operasi. Cuaca ternyata buruk. Beberapa penerbangan tertunda, termasuk Mandala yang saya nantikan. Akhirnya Mandala  RI 345 pun tinggal landas pukul 20.00. Penumpang tidak begitu banyak, kira-kira setengah kapasitas saja. Saya menempati seat 23F. Sebuah penerbangan yang mengerikan untuk saya, karena hampir tiga perempat perjalanan saya lalui dengan guncangan-guncangan hebat. Pramugari pun membatalkan penyajian menu karena terpaksa harus lebih banyak duduk di tempat dalam kondisi cuaca buruk itu.


Mandala RI 345 tiba di Bandara Soetta Yogya
Tora Sudiro di Ruang Tunggu Terminal 3 Bandara Soetta
Sepekan kemudian, tepatnya Sabtu (1 Juni 2013) saya kembali ke Yogya. Kali ini menggunakan  Air Asia QZ 7552 yang saya beli tanggal 19 Maret 2013 di harga promo Rp. 239.000,-. Cuaca cerah saat pesawat tinggal landas tepat waktu pukul 10.30. Saya menempati seat  21F, satu pesawat dengan selebriti Tora Sudiro yang duduk di seat 31F alias pojok paling belakang.



AA QZ 7552 siap meninggalkan Jakarta

















AA QZ 7552 siap landing Yogya

AA QZ 7552 siap landing Yogya
AA QZ 7552 tiba di Yogya

Warung Handayani 

Tiba di Yogya langsung melesat ke tempat makan siang. Kali ini pilihan jatuh di Warung Handayani di alun-alun kidul. Menunya adalah nasi brongkos telur (Rp. 8.000) dan es campur (Rp. 4.000,-). Bagi yang tidaak suka brongkos, si warung ini tersedia juga nasi soto ayam dan nasi pecel dengan harga relatif sama.






Waktu saya di Yogya sangat singkat, hanya beberapa jam karena petangnya saya balik Jakarta lagi. Mengapa begitu cepat? Ya, karena saya mencari tiket murah dan untuk hari Minggu harga tiket tak ada yang murah. Perjuangan mencari tiket promo memang hanya membuahkan tiket satu arah ke Yogya. Sempat terpikir untuk membiarkan tiket ini hangus bila tak juga menemukan tiket murah untuk balik Jakarta.

Citilink QG 9322 mengudara di atas Yogya
Setelah monitor terus menerus baik tiket kereta mapun pesawat, ternyata Citilink pada 30 Mei 2013 me-release harga terendah (setahu saya), yaitu Rp. 296.500. Secepat kilat tiket itu saya sambar, keburu lenyap diambil orang lain. Yah, akhirnya pada pukul 15.  Tiket Citilink QG 9322 untuk penerbangan 1 Juni 2013 ada dalam genggaman saya.

Jika seminggu sebelumnya saya merasakan pertama kali menggunakan mandala paska reborn, kali ini pun saya mengalami hal yang sama, naik Citilink paska reborn. Terakhir menggunakan Citilink mungkin sudah lebih dari satu dasawarsa yang lalu, saat warna pesawatnya masih didominasi warna putih polos tanpa logo. Baik Mandala maupun Citilink, keduanya sama-sama mengambil jatah jalurnya Batavia Air yang mengalami penutupan. Citilink berangkat tepat waktu pukul 18.05 dan saya menempati seat 7a.


Citilink QG 9322 siap meninggalkan Yogya

Itulah sekelumit catatan perjalanan singkat saya. Perjalanan berikut (Jakarta-Kuala Lumpur-Perth), lima hari ke depan, telah menunggu di depan mata. Jika perjalanan ke dapan ini tereksekusi, maka hanya dalam waktu hanya dua minggu saya menjalani tiga penerbangan pulang pergi. Tentu saja ini akan menjadi rekor untuk saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar