Selasa, 25 September 2012

Jakarta - Jogja 20 - 22 September 2012

Kali ini memanfaatkan libur Pilkada DKI Jakarta (20 September 2012), jalan-jalan ke Jogja lagi. Berangkat dengan Air Asia (“AA”) QZ 7552, pukul 09.55, menempati seat 20 E. Lancar saja sampai Bandara Adi Sucipto, mampir makan siang sebentar di Pecel Wader Bu Ahmad.
Tepat di sisi kakan (timur) gerbang Bandara Adisucipto, di bawah traffict light
 Perjalanan dilanjutkan dengan bis Trans Jogja dengan tiket Rp. 3.000, transit di depan Gedung Agung.
 Sorenya meluncur ke Pajangan untuk melihat petilasan Kraton Mangir. Lumayan juga menanjaknya karena melewati Taman Tirto dan Bangun Jiwo, alias mendaki pegunungan Sempu.

Napak tilas Kraton Mangir
Mengikuti rekomendasi penjual sate di sekitar Pajangan juga, akhirnya mampir ke makam Sewu.

Makam Sewu

Hari berikutnya (Jumat, 21 September 2012) meluncur ke Gua Pindul di Gunung Kidul. Harus bertanya pada penduduk berkali-kali karena selepas bundaran Siyono di Wonosari minim petunjuk. Saya rasa pemerintah daerah setempat perlu memperhatikan ini untuk menarik wisatawan.



Pulangnya berputar-putar. Maksud hati hendak turun lewat Cawas Klaten, berubah pikiran jadi lewat Semin Ngawen dan Nglipar Sambipitu, nongol lagi di Bukit Patuk. Sewaktu di Semin menyempatkan makan siang tongseng Barokah.

Nah, dalam perjalanan pulang menyempatkan diri ke Rumah Dome di Dusun Nglepen Prambanan Sleman. Nongolnya dari pertigaan Jalan Wonosari Jalan Raya Piyungan Prambanan, lurus ke arah utara (Prambanan) sampai kira-kira km. 6 belok kanan (ke arah timur).


Malamnya mencoba mencicipi gule kepala ikan Mas Agus di Jalan K.H.A. Dahlan.




Akhirnya balik ke Jakarta Sabtu 22 september 2012 dengan menggunakan AA QZ 7551 pemberangkatan pukul 15.45 dengan menempati seat 10 C.


Pesawat mendarat di Bandara Soetta kurang lebih pukul lima petang.



Minggu, 09 September 2012

Pintu Akses UI Ditutup Tanpa Pemberitahuan

Masih ingat kejadian saat  warga mendobrak dan meruntuhkan secara paksa penutup akses masuk kampus Universitas Indonesia (UI) di dekat Stasiun Pondok Cina? Kejadian itu berlangsung beberapa waktu silam saat  UI memutuskan  untuk menutup secara permanen sejumlah akses kendaraan bermotor roda dua untuk alasan keamanan kampus. Warga keberatan dengan langkah tersebut karena konon sebelum kampus dibangun jalan tersebut sudah ada dan menjadi fasilitas publik. 

Memang senyatanya kendaraan bermotor yang melewati kampus UI tidak selalu memiliki keperluan dengan UI. Jika kita amati, sebagian besar hanya melintas saja dari Kukusan ke Jalan Margonda (atau sebaliknya), atau ke Stasiun UI,  Stasiun Pondok Cina, atau Depok Town Square. Jadi, akses tersebut lebih merupakan jalan pintas yang dirasakan vital oleh sebagian besar warga bila dilihat dari volume kendaraan bemotor yang melintas saban harinya. Dapat dipastikan bahwa kebanyakan pelintas adalah pengguna tetap yang sehari-harinya, terutama pagi dan sore, rutin melewati jalan tersebut. Wajar jika warga menolak kebijakan penutupan jalan ini.

Meski kemudan batal ditutup permanen, sesekali UI tetap menutup jalan ini. Bila di UI tengah ada acara wisuda, ujian masuk, kedatangan tamu agung, atau peristiwa lain yang sejenis, maka jalan ini biasanya  akan ditutup. Pemberitahuan penutupan dilakukan melalui spanduk yang dipasang beberapa hari sebelumnya di atas pintu akses. Sayang, UI seringkali tidak konsisten melakukan pemberitahuan semacam ini. Malam hari akses masih berjalan normal, tiba-tiba saja pagi harinya pintu tidak dibuka tanpa informasi sedikitpun. Ini yang juga terjadi pagi tadi (Sabtu, 8 September 2012), banyak pengendara kendaraan bermotor yang terkejut karena akses ditutup tanpa informasi. Keadaan yang terjadi berulang kali ini hendaknya diwaspadai mengingat situasi demikian potensial menyulut kemarahan pengguna jalan.
 
Banyak pengendara kendaraan bermotor yang kecewa dan gusar karena harus jalan memutar yang cukup jauh. Sebagian kendaraan nekat memanfaatkan celah jalan yang diperuntukkan bagi pejalan kaki  seperti ilustrasi foto.

Sekedar mengingatkan saja pada pihak UI, jika kemarahan warga tersulut dan tidak terkendalikan, maka bisa saja akan mengarah pada tindakan vandal dan anarki. Apakah ada kesulitan besar bagi UI untuk secara konsisten melakukan pemberitahuan kepada publik jika akan melakukan penutupan akses kendaraan bermotor? Mudah-mudahan ini tidak ada hubungannya dengan kekisruhan kepemimpinan UI yang tengah berlangsung.