Jumat, 22 Maret 2013

Jakarta – Kuala Lumpur 9 – 11 March 2013

Hanya berselang dua minggu dari kunjungan sebelumnya, saya kembali berkunjung ke Kuala Lumpur (“KL”) pada 9 – 11 Maret 2013. Lagi-lagi, ini adalah hasil perburuan tiket promo Air Asia (“AA”) pada  15 Juli 2012. Saya berhasil mendapatkan tiket AA Jakarta – KL pp seharga Rp. 408.000. Kira-kira seminggu sebelum pemberangkatan saya menambahkan pembelian Sky Bus LCCT – KL Sentral pp Rp. 42.000 dan Nasi Minyak ala Farah Quinn Rp. 36.200.


Siap Meninggalkan Bandara Soetta
Tiba saatnya berangkat, ada genangan beberapa genangan air bekas hujan di Bandara Soetta. AA QZ 8192 tinggal landas tepat waktu pukul 11.30, mendudukkan saya pada seat 28C. Ada perasaan aman dan lebih percaya diri pada kunjungan kali ini dibandingkan kunjungan sebelumnya yang saya jadikan semacam kunjungan orientasi. Memiliki gambaran konkrit mengenai tempat yang dituju ternyata merupakan bekal berharga untuk rasa aman dan kepercayaan diri saya.  Beginilah suasana keberangkatan di Bandara Soetta dan kedatangan di KL:
Tiba di LCCT Kuala Lumpur
Booth Tourism Tempat Ambil Peta KL
Sebelum meluncur ke tempat Sky Bus, saya sempatkan untuk mampir di booth Tourism Malaysia untuk mengambil brosur dan peta KL. Brosur dan peta yang saya punya sebelumnya (mengambil di Tourism Center di KL Sentral) ternyata tidak update. Booth ini letaknya ada di sisi kiri sebelum kita keluar dari pintu kedatangan di LCCT KL.


Loket Pembelian Bis Genting Berdampingan dengan Loket Sky Bus 
Begitu tiba di KL Sentral, yang pertama saya lakukan adalah membeli tiket bis ke Genting untuk keesokan harinya, yaitu Minggu 10 Maret 2013. Ini sesuai pesan di blog yang saya baca bahwa pembelian tiket, apalagi untuk akhir pekan, sebaiknya dilakukan hari sebelumnya untuk kepastian pemberangkatan. Loket pembelian tiket ada di tempat perhentian Sky Bus di KL Sentral. Untuk pemberangkatan paling awal (pukul 08.00) ternyata sudah penuh. Jadilah saya mengambil jadwal berangkat 08.30 dan kembali 15.30. Harga tiket bis, sudah termasuk cable car, adalah RM 10,30 dengan rincian tiket bis RM 4,30 dan cable car RM 6. Total harga tiket pp adalah RM 20,60, namun sepertinya petugas penjualan males memberikan kembalian, maka dikenakan harga RM 21.

Loket Bis Genting di KL Sentral

Resepsionis Penginapan di Lantai 1
Dari terminal KL Sentral langsung melenggang ke penginapan PODs Backpackers Home 6-1 No. 30 Jln Thambipillay Brickfield KL. Pemesanan untuk penginapan ini saya lakukan melalui www.hostel.com pada 7 Maret 2013. Jika pada kunjungan terdahulu saya menginap di kelas dormitory dengan 14 tempat tidur bersama, kali ini saya mengambil kelas single private. Di kelas ini satu kamar sendirian, namun kamar mandi tetap menggunakan fasilitas bersama. Biaya per hari sebesar Rp. 148.239,- sehingga untuk dua hari saya harus merogoh kantong senilai  Rp. 296.478,-.


PODs Backpacker Home Berdampingan dengan Mini Market


Single Room Backpacker
Kamar Mandi Bersama Lantai 3A


Setelah selesai mandi di penginapan, petang itu saya melenggang ke Gereja Katolik Holly Marry di Jalan Tun Sambathan. Jalan kaki tentu saja; lumayan untuk mendukung program penurunan berat badan. Rencananya mau mengikuti misa pukul 17.30, walaupun sudah pasti terlambat karena berangkat dari penginapan juga pada pukul 17.30. Ternyata bukan misa yang berlangsung, namun ibadah biasa tanpa pastor dan tanpa komuni.

Papan Nama Gereja Holy Rosary Nyaris Tak Terlihat
Gereja Katolik Holy Rosari


Ibadah berakhir pukul 18.30, lalu melangkah gontai untuk kembali ke penginapan. Di dekat Stasiun Tun Sambathan sempat melihat kuil; boleh juga diabadikan. Seperti halnya di Indonesia ada RT (Rukun Tetangga) di KL pun ternyata juga dikenal istilah ini. Yang lebih unik lagi, ada kios penjualan nomor undian semacam Porkas kalau di Indonesia sekian tahun yang lalu. 


Kuil Dekat Stasiun Monorail Tun Sambathan
Pos Rukun Tetangga di KL
Kios Penjual Nomor Undian; Ramai Pengunjung
 Petang itu sebenarnya saya tidak ingin kemana-mana, inginnya istirahat untuk persiapan seharian jalan-jalan keseokan harinya. Di tengah jalan suasana hati berubah, pikiran pun berubah. Saya putuskan untuk jalan ke KL Sentral untuk mencoba menikmati kereta ke Kelana Jaya. Sejak awal memang saya niatkan bahwa pada kunjungan ini sebisa mungkin saya bisa mencoba seluruh jalur kereta yang ada di KL sesuai brosur peta yang disebarluaskan oleh Malaysia Tourism. Berhubung sudah mulai malam hari, maka pemandangan remang-remanglah yang saya peroleh sepanjang perjalanan KL Sentral – Kelana Jaya pp. Agenda hari pertama diakhiri dengan makan malam di Medan Selera food court (lantai 3 KL Sentral). Ini pengalaman saya pertama bersantap di tempat tersebut; menunya adalah nasi kerabu seharga RM 4,90. Sebelum menentukan pilihan menu, mata saya mencermati seluruh counter makan yang ada di food court tersebut. Dalam batin saya, ini referensi untuk makan selama saya berada di KL kali ini.

Pintu Masuk Medan Selera Food Court - KL Sentral Lantai 3

Suasana Medan Selera Food Court

Nasi Kerabu - RM 4,90















Minggu (10 Maret 2013) mulailah perjalanan menuju Genting. Sambil menanti pemberangkatan bis, saya masih sempat sarapan nasi goreng seharga RM 4 di Medan Selera.

Pemberangkatan Bis ke Genting di KL Sentral

Saya sudah pernah ke Genting dan tidak terlalu excited lagi sebenarnya. Tujuan saya hanyalah merasakan atau memiliki pengalaman perjalanan menuju Genting sendiri dengan mengikuti prosedur umum yang diketahui oleh khayalak. Itu saja. Sembari istirahat di Genting, saya sempatkan duduk manis di audio visual room menyaksikan film pendek mengenai sejarah dibangunnya Genting. Setelah merasa cukup berputar-putar di kawasan puncak Genting, segera saja saya turun kembali menggunakan cable car ke terminal bis.  




Cable Car Genting



Sampai di terminal bis pukul 12.30, sementara jadwal bisa saya ke KL Sentral adalah 15.30. Saya coba tanya ke petugas (baik yang di tempat perhentian bis maupun penjualan tiket di terminal genting lantai 3) untuk mengubah jadwal kepulangan. Mereka berdua memberikan jawaban yang sama; masuk saja ke bis karena penumpang sedang tidak penuh, tanpa perlu tukar tiket atau membeli tiket baru. Syukurlah, akhirnya saya bisa ikut jadwal bis pukul 13.00.

Terminal Pemberangkatan Bis di Genting

Hari ini saya punya banyak waktu longgar untuk mengeksekusi rencana menjelajah jalur kereta di KL, demikian batin saya selama perjalanan balik dari Genting. Begitu tiba di KL Sentral, saya makan siang dulu di tempat yang sudah observasi sebelumnya: Medan Selera. Kali ini menunya nasi sayur bayam lauk ikan asin seharga RM 5. Rupanya hanya dari dua kali kunjungan makan sebelumnya, Ibu penjaga counter sudah hafal dengan tampilan saya. Terbukti saat saya membayar makan siang, dia menanyakan: “ Belum balik ya ?”

Nasi Sayur Bayam Ikan Asin - RM 5

Makan siang kelar, langsung beli tiket ke Sungai Gadut. Jadilah siang itu saya menikmati perjalanan kereta KL Sentral – Sungai Gadut pp. Waktu tempuh ke tujuan adalah 1,5 jam sekali jalan. Begitu tiba di KL Sentral kembali, langsung beli tiket ke Masjid Jamek untuk transit ke jalur kuning menuju Sentul Timur. Perjalanan berlanjut ke Sri Petaling. Rupanya dari Stasiun Chan Sow Lin kereta yang saya naiki menuju ke Ampang. Tak seorangpun memberi tahu, termasuk pengumuman di pengeras suara kereta, bahwa di Stasiun Chan Sow Lin saya seharusnya turun dan ganti kereta. Saya pun terbawa sampai stasiun terakhir yaitu Ampang. Di Stasiun Ampang saya coba untuk tidak keluar dan beli tiket ke Sri Petaling, hanya ganti kereta sebelahnya yang mengarah ke Sentul Timur. Dalam hati saya, kalau disalahkan saya akan berargumen bahwa saya tidak mendapatkan informasi yang memadai.
Sampai di Stasiun Chan Sow Lin saya turun dan ganti kereta kea rah Sri Petaling dengan bekal token biru yang sudah saya beli sejak di Sentul Timur. Mengingat hari telah larut malam (pukul 21.00), saya putuskan untuk tidak sampai ke Sri Petaling. Saya akhiri perjalanan di Stasiun Tasek Selatan untuk kembali ke KL Sentral menggunakan jalur biru. Rupanya Stasiun Tasek Selatan tengah dalam renovasi minor. Antrian beli tiket begitu panjang di tengah becek air hujan yang masuk ke area pembelian tiket.

Genangan Air di Lantai Stasiun Tasek Selatan

Ternyata jadwal kereta ke KL Sentral untuk jalur biru ini tidak bisa diandalkan. Pukul 20.12 harusnya ada kereta sesuai petunjuk di lampu skedul yang berkelip-kelip, ternyata tak ada kereta yang lewat. Akhirnya baru mendapatkan kereta ke KL Sentral pukul 20.55. Betapa waktu saya terbuang dalam penantian hampir satu jam di tempat ini. Pembelajaran untuk saya untuk tidak mengandakan jadwal kereta jalur biru. 

Sampai di KL sudah sangat larut malam (sekitar pukul 21.15). Maksud hati hendak makan malam, namun ternyata makanan di Medan Selera sudah habis. Penjual makanan sudah beres-beres untuk tutup meski waktu pelayanan adalah sampai pukul 22.00. Ya sudah, saya pun berjalan gontai kembali ke penginapan untuk mengakhiri petualangan di hari itu.

Senin (11 Maret 2013) adalah libur hari Raya Nyepi di Indonesia. Saya punya waktu banyak di hari terakhir saya di KL ini karena jadwal pesawat balik ke Jakarta adalah 18.50. Suasana hati saya jadi terasa lebih santai untuk menjalani hari ini. Dengan langkah ringan saya menuju KL Sentral. Kali ini menjelajah jalur biru ke Port Klang, ikut pemberangkatan pukul 07. 16. 


Suasana Pelabuhan Klang

Stasiun Padang Jawa

Ada yang unik dalam perjalanan Port Klang – KL Sentral, yaitu lewat stasiun yang namanya pasti familiar di telinga orang Indonesia. Tak tanggung-tanggung, dua identitas suku di Indonesia digabungkan dalam satu nama yaitu Stasiun Padang Jawa.


Stasiun Padang Jawa

Food Garden LCCT KL
Tiba saatnya tuk bersiap kembali ke Indonesia. Kembali saya menggunakan Sky Bus dari KL Sentral ke LCCT KL. Tiba di LCCT KL dalam cuaca yang sepertinya habis hujan deras. Matahari sore menjadi terasa hangat dalam suasana lembab sore itu. Setiba di LCCT saya tidak langsung masuk ke ruang tunggu. Saya coba mampir dulu untuk makan sore di Food Garden yang terletak berdekatan dengan terminal bis di area LCCT. Pilihan jatuh pada nasi padang seharga RM 8 (dengan lauk telur dan orek tempe dan sayur brokoli putih). 



Counter Nasi Padang

Jadwal kepulangan saya adalah pukul 18.50 dengan menggunakan AA AK 1388 seat 20C.



Siap Meninggalkan LCCT KL


Tiba di Bandara Soetta - Akhir Petualangan Single Backpacker


Sabtu 9 Maret 2013:

Damri ke Airport Rp. 25.000
Airport Tax Jakarta Rp. 150.000
Pelunasan Hostels RM 81
Deposit Kunci Hostel RM 10
Bis Go Genting RM 21
KL Sentral – Kelana Jaya RM 4,2
Kelana Jaya KL Sentral RM 4,2
Nasi Kerabu RM 4,90

Minggu 10 Maret 2013:
Nasi Goreng RM 4
Nasi Sayur Ikan Asin RM 5
KL Sentral Sungai Gadut RM 6,60
Sungai Gadut - KL Sentral RM 6,60
K
L Sentral – Masjid Jamek RM 1,30
Masjid Jamek – Sentul Timur RM 1,40
Sentul Timur – Tasek Selatan RM 2,80
Tasek Selatan KL Sentral RM 1

Senin 11 Maret 2013:
KL Sentral Port Klang RM 4,30
Port Klang – KL Sentral RM 4,30
KL Sentral Rawang RM 3,60
Rawang – Bank Negara RM 3,30
Bandaraya – Sri Petaling RM 1,90
Sri Petaling – Ampang RM 2
Ampang - Masjid Jamek RM 2,90
Masjid Jamek - KL Sentral RM 1,30
Nasi Padang (sayur +tempe+telur) RM 8
Damri dari Airport Rp. 25.000

Rabu, 06 Maret 2013

Jakarta – Kuala Lumpur 23 – 24 Februari 2013




Aha...inilah salah satu hasil perburuan tiket promo Air Asia (“AA”) yang berlangsung pada  15 Mei 2012. Saya berhasil mendapatkan tiket AA Jakarta – Kuala Lumpur (“KL”) pp 23-24 Februari 2013 seharga Rp. 316.200 (sudah termasuk Sky Bus LCCT – KL Sentral pp Rp. 42.000). Alhasil, ini menjadi kunjungan singkat yang membekas kuat dalam benak karena sejumlah  pengalaman pertama terjadi dalam kunjungan ini.

Pertama, ini adalah perjalanan saya ke luar negeri yang pertama kali di tahun 2013. Sejak awal kunjungan ini sudah saya niati sebagai kunjungan pendahuluan atau semacam orientasi untuk kunjungan berikutnya ke tempat yang sama pada 9-11 Maret 2013.

Kedua, ini adalah perjalanan backpacker saya sendirian ke KL. Saya memang beberapa kali pernah berkunjung ke KL, namun selalu bersama orang lain (rombongan), di antaranya kunjungan yang difasilitasi jasa tour. Praktis dalam kunjungan sebelumnya saya tak perlu banyak berpikir keras selama perjalanan, tinggal duduk manis mengikuti rundown agenda yang sudah disusun. Agustus 2012 pernah juga ke KL, namun hanya singgah sebentar di LCCT untuk keperluan transit, jadi tidak masuk kota KL.

Ketiga, ini merupakan pengalaman pertama menginap di penginapan kelas backpacker. Saya sudah sering baca cerita dan melihat ilustrasi foto mengenai penginapan jenis ini, namun merasakan sendiri belum pernah. Takut buang-buang waktu cari penginapan mendadak di tempat (go show), saya pesan tempat sekitar tiga minggu sebelumnya, yaitu 29 Januari 2012. Ini juga menjadi pengalaman pertama pesan penginapan di luar negeri secara on line dan membayar uang muka dengan kartu kredit. Pilihan saya jatuh pada PODs Bckpackers Home 6-1 No. 30 Jln Thambipillay Brickfield KL. Dengan menggunakan jasa www.hostel.com saya bayar uang muka 10% dari total biaya sebesar Rp. 95.000,- untuk kelas dormitory dengan 14 tempat tidur bersama dan kamar mandi di luar tentunya.

Saya berangkat dengan menggunakan penerbangan AK 1381 pukul 08.30 dan menempati seat 18B. Kode AK menunjukkan bahwa penerbangan dioperasikan oleh AA Malaysia, jadi bahasa pengantarnya pun bahasa Melayu. Penerbangan relatif tepat waktu dan lancar dengan lama penerbangan dua jam. Inilah pertama kali landing di LCCT siang hari. Sebagai pemula, saya gunakan kesempatan untuk mengamati secermat mungkin situasi seputar bandara agar terekam dengan baik di memori.






Antrian berlapis-lapis mengular di counter imigrasi. Butuh waktu hampir 45 menit untuk melewatinya. Berarti suatu saat kalau harus transit dan ganti pesawat di LCCT diusahakan untuk tidak terlalu dekat waktunya, karena itu belum ditambah waktu untuk ambil bagasi. Begitu keluar dari LCCT langsung belok kiri kemudian belok kanan menyusuri lurus arah terminal bis yang masih berada dalam kompleks bandara untuk naik SKY bus. Bayangkan saja seperti kita mencari terminal Damri begitu keluar dari terminal 2 Bandara Soetta, hampir sama suasana dan tata caranya.






Sepanjang jalan dari LCCT ke KL Sentral selama 70 menit itu mata memelototi pemandangan. Seperti biasa, ini karena pertama. Keluar dari KL Sentral, target pertama adalah mencari penginapan untuk check in dan menaruh barang. Bekal saya sebenarnya sudah cukup: peta berikut alamat hotel. Rupanya saya ini benar-benar tipe yang mengandalkan ingatan visual nyata. Peta nyaris tak begitu membantu untuk pencarian di lokasi yang sedemikian semrawutnya. Lebih mengherankan, meski di peta jelas ada tanda nama penginapan yang saya cari, tak ada seorangpun dari lima orang yang saya tanya tahu atau mengenal nama penginapan dimaksud, termasuk polisi di pos jaga little India. Luar biasanya, saat saya bertanya pada seseorang di depan Hotel Sentral (sepertinya dia pekerja di hotel tersebut), dia tidak tahu, padahal penginapan yang saya cari berada dalam blok yang sama.


Setelah berputar-putar hampir sejam lamanya di sekitar lokasi, barulah PODs Bckpackers Home tersua. Hanya beberapa puluh meter dari Stasiun Monorail KL Sentral.
Resepsionis penginapan bukan berada di lantai dasar, namun di atasnya. Setelah melunasi pembayaran ditambah deposit kunci RM 10, saya diberi satu tas berisi bantal dan selimut serta kunci ruangan. Handuk akan diberikan malam hari katanya karena masih di tempat laundry.



Bersama petugas saya dihantar ke lantai 3A tempat di mana ranjang dormitory berada. Beruntung penghuni sedang tidak penuh sehingga saya bisa memilih tempat tidur di bawah. Penginapan menyediakan locker di tempat umum, namun tidak menyediakan kuncinya. Pembelajaran untuk saya bahwa pengunjung backpacker harus selalu bawa gembok sendiri. 



Sebelum memutuskan untuk memulai pengembaraan, saya sempatkan mandi dulu di penginapan ini. Lumayan, ada air hangat. Di tempat ini diatur mandi tidak boleh dilakukan pukul 23.00 sampai dini hari. Alasannya mengganggu ketenangan penghuni yang tengah beristirahat.

Setelah menaruh barang-barang yang tidak begitu penting mulailah saya keluar penginapan, berjalan menyusuri Jalan Tun Sambathan. Tujuannya mau melihat Gereja St. Holly Marry yang ternyata jauh juga. Jadwal ibadah ternyata akan dimulai satu jam lagi; waktu yang tanggung untuk saya. Mumpung cuaca tengah benderang, saya ayunkan langkah ke KL Sentral. Seperti biasa saat pertama kali berkunjung ke satu tempat, mata tak henti-hentinya menelisik setiap obyek yang ada untuk merekam simbol-simbol penting yang kelak akan bermanfaat untuk keperluan jalan-jalan berikutnya.

Puas mengitari KL Sentral, pengembaraan berlanjut ke Menara Petronas. 






Cukuplah melihat-lihat sepintas. Perjalanan berlanjut dengan menggunakan Kelana Jaya Line (Jalaur Hijau) dari KLCC menuju Stasiun Dan Wangi. Maksud hati hendak mengobservasi Bukit Bintang. Sewaktu turun di Stasiun Dan Wangi untuk berpindah ke Stasiun Bukit Nanas (monorail Jalur Biru), ternyata Menara Petronas yang baru saja ditinggalkan masih juga menampakkan diri. Maka, disempatkanlah untuk memotretnya dalam suasana yang lebih remang-remang karena nuansa malam mulai mengendus serta cuaca yang diselimuti mendung dan hujan rintik-rintik.

Bukit Bintang berhasil dicapai melalui monorail. Lagi-lagi diawali dengan bengong lihat situasi kiri kanan. Kaki terus mengayun sampai akhirnya tiba di Jalan Alor. Luar biasa, petang hari jalan ini dipenuhi dengan berbagai makanan, kebanyakan seafood. Ini bener-bener surganya kuliner. Jagonya kolesterol dan asam urat ada di sini sepertinya. Ada juga dijual duren di beberapa tempat. Untuk sementara belum berani mencoba makan di sini. Sekedar melepas dahaga karena jalan kaki terus menerus, saya menyempatkan diri duduk sejenak seraya menyeruput es tebu seharga RM 3 segelas, masih di kawasan Jalan Alor tempatnya dan hanya ada satu penjual seingat saya.



Puas muter-muter Bukit Bintang, agenda berikutnya balik ke penginepan. Mumpung masih agak terang, saya sempatkan diri untuk menikmati perjalanan monorail dari ujung ke ujung (Titi Wangsa - KL Sentral). 
Tuntas sudah hari pertama yang yang bisa dijalani. Sampai penginapan kembali sudah gelap. Acaranya tinggal mandi, bersih-bersih, dan santap malam. Banyak makanan kaki lima di jalan depan penginapan. Pilihan jatuh pada nasi goreng kampung.

Minggu pagi (24 Februari 2013) meluncur ke KL Sentral. Tujuannya adalah Batu Cave dengan kereta paling pagi, kalau tak salah pukul 06.50.





Seperti inilah suasana di kawasan Batu Caves.







Sepulang dari Batu Caves, saya menyempatkan diri ke Central Market, sekedar untuk melihat-lihat saja. Tak sengaja saya melihat ada bis gratis dari Pasar Seni ke Bukit Bintang. Tentu saja kesempatan ini tak saya sia-siakan untuk mencoba bis itu. Dari Bukit Bintang saya kembali lagi ke penginapan untuk check out. Keluar dari penginapan saya sempatkan untuk makan siang nasi goreng biasa di depan penginapan sebelum ke KL Sentral untuk kembali naik SKY bus menuju LCCT.

Sore itu LCCT diguyur hujan deras. Kombinasi dengan keterlambatan kedatangan pesawat AA dari blokk sebelumnya, akhirnya penerbangan pulang ke Jakarta pun mundur hampir satu jam.


Diguyur Hujan Deras di LCCT

Tiba Kembali di Jakarta
Sampai di Jakarta, lagi-lagi menjumpai pengalaman pertama. Kali ini adalah keluar dari terminal 3 melalui kedatangan internasional. Kalau kedatangan di terminal domestik di terminal ini sudah tak terhitung bagi saya.

Yah, alangkah melelahkannya perjalanan singkat kali ini. Saya yakin, berbekal pengalaman pertama ini saya akan lebih mudah dan lebih cepat menuju lokasi yang diinginkan kelak bila akan berkunjung ke KL lagi.


Kira-kira seperti inilah gambaran pengeluaran saya untuk kunjungan kali ini:
Sabtu 23 Februari 2013:
  • Damri ke Airport Rp. 25.000
  • Airport Tax Jakarta Rp. 150.000
  • Pelunasan Hostels RM 25,20
  • Deposit Kunci Hostel RM 10
  • KL Sentral – KLCC RM 1,60
  • KLCC - Dan Wangi RM 1,30
  • Dan Wangi - Bukit Bintang RM 1,20
  • Bukit Bintang - Titi Wangsa RM 2.10
  • Titi Wangsa - KL Sentral RM 2.50
  • Es Tebu RM 2,5
  • Nasi Goreng Kampung RM 4


Minggu 24 Februari 2013:
  • KL Sentral - Batu Caves RM 1
  • Batu Caves - KL Sentral RM 2
  • KL Sentral - Pasar Seni RM 1
  • Bukit Bintang – KL Sentral RM 2.1 
  • Air Dasani RM 1.6
  • Nasi Goreng Biasa RM 4
  • Damri dari Airport Rp. 25.000